Inilah 4 Alasan Kenapa Daging Kurban Merupakan Daging Paling Sehat
Jangan pernah makan daging baik daging sapi, daging kerbau, daging onta, ataupun daging kambing tanpa disembelih.
Kebetulan menjelang Hari Raya Idul Adha atau terkadang disebut Idul Qurban, ada juga yang menafsirkan identik dengan penyembelihan hewan secara masal. Berbicara ihwal penyembelihan hewan, pasti muncul pertanyaan di dalam benak sebagian dari kita. Pada acara perayaan hari raya Idul Adha hewan disembelih dalam keadaan hidup dan sadar. "Tidak kah lebih manusiawi jika hewan disembelih dalam keadaan pingsan?". Saya sendiripun pernah mendengar pertanyaan seperti itu.Secara akal kemanusiaan pertanyaan itu memang mirip benar. Tetapi kenapa justru Syariat Islam yang menyebabkan pertanyaan di atas. Ternyata....inilah balasan yang sungguh mengagetkan.
Simak penelitian berikut ini :
- Rasulullah SAW tak pernah berguru cardiology tapi syari’atnya menerangkan observasi ilmu modern.
- Melalui penelitian ilmiah yang dikerjakan oleh dua staf hebat peternakan dari Hannover University, sebuah universitas terkemuka di Jerman. Yaitu: Prof.Dr. Schultz dan koleganya, Dr. Hazim. Keduanya memimpin satu tim penelitian terstruktur untuk menjawab pertanyaan: manakah yang lebih baik dan paling tidak sakit, penyembelihan secara Syari’at Islam yang murni (tanpa proses pemingsanan) ataukah penyembelihan dengan cara Barat (dengan pemingsanan)?
- Keduanya mendesain penelitian sangat mutakhir, mempergunakan sekelompok sapi yang telah dewasa (cukup umur). Pada permukaan otak kecil sapi-sapi itu dipasang elektroda (microchip) yang disebut Electro-Encephalograph (EEG). Microchip EEG dipasang di permukaan otak yang menyentuh titik (panel) rasa sakit di permukaan otak, untuk merekam dan mencatat derajat rasa sakit sapi saat disembelih. Di jantung sapi-sapi itu juga dipasang Electro Cardiograph (ECG) untuk merekam aktivitas jantung saat darah keluar karena disembelih.
- Untuk menekan kesalahan, sapi dibiarkan mengikuti keadaan dengan EEG maupun ECG yang telah terpasang di tubuhnya selama beberapa ahad. Setelah abad penyesuaian dianggap cukup, maka separuh sapi disembelih sesuai dengan Syariat Islam yang murni, dan separuh sisanya disembelih dengan memakai tata cara pemingsanan yang diadopsi Barat.
- Dalam Syariat Islam, penyembelihan dijalankan dengan menggunakan pisau yang tajam, dengan memangkas tiga terusan pada leher bab depan, yakni: akses kuliner, kanal nafas serta dua akses pembuluh darah, adalah: arteri karotis dan vena jugularis.
- Patut pula dikenali, syariat Islam tidak menganjurkan metoda atau teknik pemingsanan. Sebaliknya, Metode Barat justru mengajarkan atau bahkan mewajibkan agar ternak dipingsankan terlebih dulu sebelum disembelih.
- Selama observasi, EEG dan ECG pada seluruh ternak sapi itu dicatat untuk merekam dan mengenali kondisi otak dan jantung sejak sebelum pemingsanan (atau penyembelihan) hingga ternak itu betul-betul mati. Nah, hasil observasi inilah yang sungguh ditunggu-tunggu!
- Dari hasil penelitian yang dilakukan dan dilaporkan oleh Prof. Schultz dan Dr. Hazim di Hannover University Jerman itu dapat diperoleh beberapa hal sbb.:
Penyembelihan Menurut Syariat Islam
Hasil observasi dengan menerapkan praktek penyembelihan menurut Syariat Islam menunjukkan:- Pertama. Pada 3 detik pertama sehabis ternak disembelih (dan ketiga kanal pada leher sapi bab depan terputus), tercatat tidak ada pergeseran pada grafik EEG. Hal ini memiliki arti bahwa pada 3 detik pertama setelah disembelih itu, tidak ada indikasi rasa sakit.
- Kedua. Pada 3 detik berikutnya, EEG pada otak kecil merekam adanya penurunan grafik secara bertahap yang sangat seperti dengan kejadian deep sleep (tidur nyenyak) hingga sapi-sapi itu benar-benar kehilangan kesadaran. Pada dikala tersebut, tercatat pula oleh ECG bahwa jantung mulai meningkat aktivitasnya.
- Ketiga. Setelah 6 detik pertama itu, ECG pada jantung merekam adanya kegiatan hebat dari jantung untuk menarik sebanyak mungkin darah dari seluruh anggota tubuh dan memompanya keluar. Hal ini ialah refleksi gerakan kerjasama antara jantung dan sumsum tulang belakang (spinal cord). Pada saat darah keluar lewat ketiga akses yang terputus di bab leher tersebut, grafik EEG tidak naik, tapi justru drop (turun) hingga ke zero level (angka nol). Hal ini diterjemahkan oleh kedua peneliti mahir itu bahwa: “No feeling of pain at all!” (tidak ada rasa sakit sama sekali!).
- Keempat. Karena darah kepincut dan terpompa oleh jantung keluar tubuh secara optimal, maka dihasilkan healthy meat (daging yang sehat) yang layak dikonsumsi bagi manusia. Jenis daging dari hasil sembelihan seperti ini sangat cocok dengan prinsip Good Manufacturing Practise (GMP) yang menciptakan Healthy Food.
Penyembelihan Cara Barat
- Pertama. Segera sehabis dilakukan proses stunning (pemingsanan), sapi terhuyung jatuh dan collaps (roboh). Setelah itu, sapi tidak bergerak-gerak lagi, sehingga mudah dikendalikan. Oleh alasannya adalah itu, sapi dapat pula dengan mudah disembelih tanpa meronta-ronta, dan (tampaknya) tanpa (mengalami) rasa sakit. Pada dikala disembelih, darah yang keluar hanya sedikit, tidak sebanyak jikalau disembelih tanpa proses stunning (pemingsanan).
- Kedua. Segera sesudah proses pemingsanan, tercatat adanya peningkatan yang sangat konkret pada grafik EEG. Hal itu mengindikasikan adanya tekanan rasa sakit yang diderita oleh ternak (sebab kepalanya dipukul, sampai jatuh pingsan).
- Ketiga. Grafik EEG berkembangsangat tajam dengan kombinasi grafik ECG yang drop ke batas paling bawah. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan rasa sakit yang luar biasa, sehingga jantung berhenti berdetak lebih permulaan. Akibatnya, jantung kehilangan kemampuannya untuk menawan dari dari seluruh organ tubuh, serta tidak lagi mampu memompanya keluar dari badan.
- Keempat. Karena darah tidak kesengsem dan tidak terpompa keluar badan secara maksimal, maka darah itu pun membeku di dalam urat-urat darah dan daging, sehingga dihasilkan unhealthy meat (daging yang tidak sehat), yang dengan demikian menjadi tidak layak untuk dikonsumsi oleh insan.
Disebutkan dalam khazanah ilmu dan teknologi daging, bahwa timbunan darah beku (yang tidak keluar saat ternak mati/disembelih) merupakan tempat atau media yang sangat bagus bagi berkembang-kembangnya kuman pembusuk, yang ialah distributor utama menghancurkan kualitas daging.
Bukan Ekspresi Rasa Sakit!
Meronta-ronta dan meregangkan otot pada saat ternak disembelih ternyata bukanlah verbal rasa sakit! Sangat jauh berlawanan dengan praduga kita sebelumnya! Bahkan mungkin telah umum menjadi keyakinan kita bareng , bahwa setiap darah yang keluar dari anggota tubuh yang terluka, pastilah diikuti rasa sakit dan nyeri. Terlebih lagi yang terluka yakni leher dengan luka terbuka yang menganga lebar.
Hasil observasi Prof. Schultz dan Dr. Hazim justru menunjukan yang sebaliknya. Yakni bahwa pisau tajam yang mengiris leher (sebagai syariat Islam dalam penyembelihan ternak) ternyata tidaklah ‘menjamah’ saraf rasa sakit. Oleh balasannya kedua peneliti ahli itu menyimpulkan bahwa sapi meronta-ronta dan meregangkan otot bukanlah sebagai ekspresi rasa sakit, melainkan sebagai verbal ‘keterkejutan otot dan saraf’ saja (adalah pada dikala darah mengalir keluar dengan deras).
Mengapa demikian? Hal ini tentu tidak terlampau sulit untuk diterangkan, karena grafik EEG tidak pertanda juga tidak menunjukkan adanya rasa sakit itu.
Subhanallah… Memang selalu ada tanggapan dari setiap pertanyaan tentang kebenaran Islam. Sebenarnya, telah tidak ada alasan lagi menyimpan rasa tak tega menyaksikan proses penyembelihan kurban, alasannya kita sudah tahu bahwa hewan ternak tersebut tidak mencicipi sakit ketika disembelih. Dan yang terpenting, kita dapat mengerti nasihat dari salah satu Syariah Islam dan keberkahan yang tersimpan di dalamnya.
Masya Allah, kian Maju Penelitian Ilmiyah Semakin Membuktikan Kebenaran Islam.
Semoga Bermanfaat.